Jumat, 04 April 2014

Contoh naskah drama "Sucinya hati anak jalanan"

Contoh naskah drama "Sucinya hati anak jalanan"

Mungkin selama ini anak jalanan sering kita lihat seperti orang yg susah di atur, brandal dan identik dgn pencurian. Namun disisi lain ada kalanya mereka tidak lah seperti apa yg kita lihat. Berikut ini adalah sebagian kecil drama yg mengisahkan bahwa “Anak jalanan juga punya hati”
Terlihat dua orang pengamen yang tengah berjalan lesu menuju teras di pinggir jalan.

Candranui: “ya Allah.... udah siang gini baru dapat segini”
Karyauan : “sabar ya cuy, namanya juga rezeki kita cuma segini, mau gimana lagi.”
Candranui: “ semoga aja masih ada rezeki buat kita ya....”
Karyauan: “ amin...... dari pada bersedih, mending kita nyanyi cuy.”
Candranui: “ ok.”

Akhirnya mereka pun bernyanyi dan suasana pun menjadi asyik. Ketika sedang asyik bernyanyi, tiba” Karyauan tertuju pada 2 orang yg tengah berdua’an di seberang jalan.
Karyauan: “ cuy, liat. Disana ada yg lagi berduaan tu. Kesana yok.”
Candranui: “ ayok.”

Mereka pun beranjak dari tempat mereka menghibur diri. Disisi lain, ti dan van dua orang yg sedang di tuju kedua pengamen tersebut sedang update berita terkini melalui laptop.

Ti: “van liat, sadis banget ya. Seorang pengamen merampok dan membunuh anak” kayak kita ini.
Van: “sadis banget. Jadi ngeri sama pengamen.”

Lalu tiba-tiba datang 2 orang pengamen menghampiri mereka.

Candranui : “permisi mas, permisi mbak.”
Lalu Candranui bernyanyi dgn di iringi musik Karyauan.

Karena baru membaca berita mengenai pengamen, ti dan van merasa ketakutan dan langsung melarikan diri.
Karyauan: “ hei mbak, mas. Mau kemana.....” [berusaha mengejar ti dan van]
Candranui: “udalah cuy, gak usah di kejar. Mungkin belum rezeki kita”
Karyauan: “ huufffttttt.... ya udah lah.” [tertunduk lesu]

Setelah merasa aman, ti dan van berhenti sejenak.

Ti: “uda van, berhenti dulu. Toh mereka uda gak ngejar kita lagi.”
Van: “ iya. Untung aja ya kita lari sebelum di apa-apain sama mereka.”

Tiba-tiba mereka di todong oleh seorang rampok.

Rampok: “hey kalian, serahkan hp, dompet sama laptop kalian. Cepat!!! [dgn nada keras sambil menodongkan pisau]
Van: “ i... i.... iya bang.” [ sambil menyerahkan hp, dompet dan laptop nya.]

Sementara itu ti ketakutan dan sembunyi di balik van. Dari kejauhan Candranui melihat van dan ti tengah di rampok.
Candranui: “cuy, mereka di rampok tu. Kita tolong yok.”
Karyauan: “ ngapain sih cuy, mereka aja tadi lari pas kita mau ngamen. Loe peduli amat sih ma mereka.”
Candranui: “ kita itu sebagai sesama manusia harus saling tolong menolong. Walau sejahat apapun mereka sama kita.”
Karyauan: “ ya udah lah terserah mu. Aku disini aja.”
Candranui: “ ya udah kau telpon polisi aja. Biar rampok tu aku yg ngurus”
Karyauan: “ ok”.

Akhirnya Candranui datang dan membantu van dan ti.

Rampok: “ hei, siapa lu. Gak usah ikut campur. Mau mampus lu.”

Tanpa banyak kata, Candranui langsung berkelahi dgn rampok tersebut. Akhirnya sang rampok kalah dan tersungkur di tanah. Di waktu yg bersamaan pun Karyauan bersama pak polisi datang dan pak polisi pun langsung memborgol rampok tersebut.
Polisi: “ terima kasih ya nak. Orang ini sudah menjadi buronan kami selama ini. Karena kamu, kami sekarang bisa menangkap nya.”
Candranui: “ iya pak, sama-sama”.
Polisi: “ ayok ikut....”[sambil membawa sang rampok]

Dengan sedikit menahan rasa sakit Candranui memberikan laptop, hp dan dompet milik van.

Candranui: “ini barang lo cuy”

Dengan rasa malu van mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.

Van: “ makasih ya bro. Gue gak tau kalo gak ada lo tadi. Oh ya, maaf ya tentang yg tadi. Gue kira semua pengamen itu sama.”
Candranui: “hahahahaha.... gak apa-apa cuy. Lagi pula jangan melihat seseorang tu dari luarnya aja. Ge pula gak semua orang itu sama.”
Van: “ bro, ini ambil. Ya... anggap aja sebagai tanda terima kasih.”
Karyauan: “ambil cuy, lumayan tambahan buat hari ini.”
Candranui: “ah kau ne. Cuy, kita tu Cuma mau terima uang kalau kami sudah kerja.”
Van: “ ya uda, kalau gitu kenapa kalian gak nyanyi satu lagu aja buat kita. Kan kita jadi impas.”
Candranui: “ok. Let’s go....


































PENGGANTI RATU PANTAI SELATAN


Tokoh
1.    Raja
2.    Istri 1
3.    Istri 2
4.    Istri 3
5.    Istri 4
6.    Dewi Kadita
7.    Anak laki-laki istri 2
8.    Anak perempuan istri 2
9.    Patih
10.  Tabib
11.  Pengawal

    Dipanggung ada kursi singgasana raja, posisinya terletak agak pojok kanan  panggung bagian belakang ditutup kain putih (masih ada ruangan dibelakang kain putih) yang nantinya akan berfungsi memberikan siluet pada babak tertentu.

Babak 1
Raja    : (raja duduk di kursi dengan wajah berseri-seri ditemani salah satu istri (1) raja) “Istri-istriku kemarilah, ada yang ingin aku sampaikan kepada kalian semua”
Istri 2,3,4    : “ada apa paduka?” (memasuki panggung dan langsung mengambil posisi sama dengan isiteri 1)
Istri 3    : “ada berita apakah paduka, sehingga kami dikumpulkan menjadi satu seperti ini?”
Istri 2    : “kalau firasat saya tidak salah adakah paduka ingin menikah lagi?”
Istri 4    : “adakah seperti itu paduka?”
Raja    : “hahaha,,, tidak demikian para istriku, aku sengaja mengumpulkan kalian di sini karena ada berita bahagia yang sedang melanda kerajaan kita”
Istri 2    : “berita apakah gerangan paduka?”
Raja    : “aku akan segera memiliki keturunan dari istri pertama ku”
Istri 2    : (kaget dan menjadi bermuka sinis terhadap istri 1)
Istri 4    : “benarkah demikian raja?”
Raja    : “iya, aku tadi telah mendengar berita dari tabib yang telah memeriksa istri ku yang pertama, ia telah mengandung, sudah dua bulan dan aku sangat gembira sekali”
Istri 1    : “semoga berita ini menjadi keberuntungan bagi kita semua paduka, terutama bagi para rakyat kita”
Raja    : “tentu saja istriku, dan tentunya untuk kalian semua kan istri-istriku” (sambil memandang istri 2,3,4 bergantian)
Istri 2,3    : “tentu saja paduka”
(melihat istri 4 tidak menjawab raja mendekatinya)
Raja    : “ada apakah gerangan istriku kenapa kau begitu terlihat bersedih?”
Istri 4    : “tidak apa-apa paduka, saya hanya merasa senang dengan berita ini, saya bersedih karena saya tidak bisa membahagiakan paduka seperti yang telah dilakukan oleh istri pertama paduka”
Istri 1    : “jangan berpikir begitu, suatu saat pasti ada waktunya sendiri”
Raja    : “yakinlah istriku (sambil memegang tangan istri 4) bagaimana pun keadaanmu aku adalah raja dan suami kalian aku akan selalu melindungi kalian,  sudah janganlah bersedih”
Istri 4    : “iya paduka”
Raja    : “bukankah seharusnya kita merayakan kabar bahagia ini dan segera mengumumkannya kepada seluruh penghuni kerajaan dan rakyat kita?”
Istri 2    : “saya akan segera menyiapkan perayaannya paduka, saya mohon diri terlebih dulu”
Istri 3,4    : “saya akan membantu”
Istri 1    : “saya akan sangat senang bisa bekerja bersama”
Raja    : “saya sangat bangga kepada kalian semua, baiklah segeralah persiapkan pesta ini, ingat jangan kerjakan sendiri, di istana ini banyak pembantu yang bisa membantu kalian mempersiapkan jangan sampai istri-istriku terlalu banyak bekerja dan lelah, kalian harus bisa memposisikan diri”
Istri 1,2,3,4    : “baik paduka”
Raja    : “ya sudah, segeralah persiapkan pestanya, sementara aku akan mengumumkan berita ini kepada seluruh rakyat”
(para istri meninggalkan panggung, raja tetap dipanggung)
Raja    : (berbicara kepada diri sendiri) “perasaan apa yang sedang melanda batinku ini, aku akan segera memiliki keturunan yang akan memimpin kerajaan ku ini, dan aku bisa segera beristirahat dengan tenang, tetapi kenapa? Sepertinya ada yang mengganjal dalam batinku?, apa aku terlalu senang dengan keadaan ini?ah,, sudah lah mungkin cuma terlalu khawatir dengan istriku yang pertama, mungkin aku takut kalau kandungannya tidak dijaga dengan baik maka akan memberikan dampak buruk terhadap keturunanku. Sudahlah aku akan segera mempunyai keturunan apa lagi yang aku risaukan.”
(patih kerajaan memasuki panggung)
Patih    : “adakah padukan memanggil saya”
Raja    : (raja terkaget dari lamunannya) “ah, kamu sudah datang ternyata”
Patih    : “ada perintah apakah raja sehingga raja memanggil saya, sepertinya raja begitu gelisah”
Raja    : “kamu salah tafsir patih”
Patih    : “maafkan kelancangan hamba paduka”
Raja    : “sudahlah tidak apa-apa, aku memanggilmu kemari karena ada kabar bahagia yang ingin aku sampaikan kepadamu dan kamu harus menyampaikannya kepada seluruh penghuni istana dan seluruh rakyatku”
Patih    : “kabar apakah gerangan paduka?”
Raja    : “istriku yang pertama tengah mengandung, dan kau tahu? Aku aka segera memiliki keturunan”
Patih    : “sungguh menggembirakan kabar ini paduka, hamba akan segara menyebarkan berita ini”
Raja    : “iya lakukan segera”
Patih    : “hamba yakin semua akan merasa senang mendengar berita ini, hamba mohon diri paduka, hamba sudah tidak sabar ingin menyebarkan kabar ini”
Raja    : “iya lakukan patih”
Patih    : “hamba mohon diri paduka” (meninggalkan panggung)
Raja    : “rakyat akan segera tahu kebahagiaan yang aku rasakan, ah kenapa pikiranku selalu teringat istriku yang pertama, mungkin aku perlu melihatnya” (keluar panggung)
(dilain sisi)
Istri 2    : (berbicara kepada istri 3,4, istri 1 tidak ada) “adakah kalian merasakan apa yang aku rasakan?”
Istri 4    : “tentu saja saudaraku, aku sangat merasa sedih karena belum bisa memberikan raja keturunan”
Istri 3    : “iya”
Istri 2    : “bukan itu yang aku maksud”
Istri 3,4    : “lalu apa?”
Istri 2    : “kenapa kalian tidak sadar juga, kapan terakhir kali padukan menyentuh kalian?
Istri 4    : “sudah beberapa hari yang lalu”
Istri 2    : “jarang kan menyentuh kalian? yang padukan perdulikan hanya istrinya yang pertama, jadi wajar kalau kita tidak segera memiliki keturunan, kenapa kau menyalahkan dirimu sendiri dan bersedih karena tidak memberika paduka keturunan, kalian tahu paduka memang tidak pernah menganggap keberadaan kita, paduka sengaja jarang datang kekamar kita karena hanya ingin memiliki keturunan dari istrinya yang pertama saja”
Isrtri 4    : “jangan demikian saudaraku, paduka tahu apa yang harus ia perbuat mungkin paduka memang sudah memiliki waktunya sendiri untuk diri kita masing-masing, bukankah kita seharusnya senang dengan kebahagiaan yang tengah dirasakan paduka”
Istri 3    : “iya”
Istri 2    : “kalian ini tolol banget, kalau sampai bayi itu lahir, maka paduka akan bertambah mengacuhkan kita, bisa-bisa ia akan menendang kita dari istana ini”
Istri 3    : “apakah benar demikian saudaraku”
Istri 4    : “paduka tidak akan melakukan hal sekejam itu saudaraku”
Istri 3    : “iya”
Istri 2    : “kalau memang paduka tidak melakukannya maka istrinya yang pertama akan melakukannya”
Istri 4    : “jangan berburuk sangka seperti itu saudaraku”
Istri 2    : “ahhh,,, terserah kalian saja, suatu saat nanti kalian akan tahu kalau kita sengaja dijauhi paduka”
Istri 3    : “lalu kita harus bagaimana supaya paduka tidak menjauhi kita?”
Istri 2    : “pertanyaan bagus, tapi aku juga belum tahu jawabannya”
Istri 4    : “sudahlah, sebaiknya kita ikut berbahagia dengan kebahagiaan paduka, ayo kita bantu mempersiapkan pestanya”
 (hari itu seluruh kerajaan berpesta dengan kabar bahagia itu, tidak hanya orang-orang dalam istana, para rakyat pun bersuka cita menyambut keturunan sang raja)

Babak 2
    Raja tengah duduk dikursi singgasananya, tengah gelisah menunggu tabib memeriksa keadaan istri pertamanya yang usia kandungannya sudah sembilan bulan tapi tak kunjung melahirkan)
Raja    : “istri-istriku”
    (tidak ada yang datang)
Raja    : “kemana meraka ini, istri-istriku”
Istri 3,4     : “iya paduka”
Raja    : “dari mana kalian, kenapa tidak segera datang ketika aku memanggil”
Istri 4    : “maafkan kami paduka, kami ...”
Raja    : “ah,, sudah lah, kemana istriku yang ke dua?”
Istri 3    : “kami kurang tahu paduka”
Raja    : “ya sudah tak apa”
Istri 4    : “ada apakah paduka, sehingga paduka memanggil kami?”
Raja    : “aku ingin kalian menemaniku, aku sangat khawatir sekali dengan kandungan istri pertamaku, dari tadi tabib tidak keluar-keluar”
Istri 4    : “sepertinya tabib baru saja memeriksa istri pertama paduka, paduka mungkin terlalu gelisah sehingga merasa sangat lama”
Istri 3    : “paduka tenang saja, semua pasti akan baik-baik saja paduka”
Raja    : “iya, terima kasih kalian sudah menemaniku”
(tabib memasuki panggung, baru saja selesai memeriksa kandungan istri 1)
Raja    : “ah, itu tabib sudah keluar, bagaimana keadaanya tabib”
Tabib    : “istri paduka baik-baik saja, tidak ada hal-hal yang perlu paduka khawatirkan”
Raja    : “keturunanku bagaimana?”
Tabib    : “kandungan istri padukan sehat sekali mungkin dalam waktu dekat beliau akan melahirkan”
Raja    : “benarkah tabib, lalu apa yang harus saya lakukan, apa yang harus saya persiapkan untuk menyambut kelahiran keturunanku, adakah tabib bisa memberitahu saya?”
Tabib    : “paduka tidak perlu membingungkan masalah itu, paduka istirahat saja karena paduka bukan hanya seorang suami tapi paduka juga merupakan raja dari semua rakyat kerajaan ini, paduka juga harus memperhatikan rakyat paduka”
Raja    : “terima kasih tabib atas nasihatmu, besok kau harus datang lagi karena aku ingin istriku kau rawat setiap hari”
Tabib    : “baiklah paduka, besok hamba pasti akan datang lagi, sekarang hamba mohon diri dulu paduka”
Raja    : “iya, berhati-hatilah”
Istri 4    : “sudahlah paduka, saya akan membantu paduka menjaga isrti pertama paduka, sesama istri paduka bukankah kami harus saling menjaga?”
Raja    : “iya, aku akan senang jika kau membantuku”
Istri 4    : “tentu saja dengan istri ke dua dan ke tiga, iya kan saudaraku?” (bertanya kepada istri 3)
Istri 3    : “eh,,, emm,,”
Istri 4    : “kenapa”
Istri 3    : “tidak apa-apa, iya tentu saja saya akan membantu degan senang hati”
Raja    : “saya akan menengok istri pertama dulu” (keluar panggung)
Istri 4    : “iya paduka silakan”
(istri 3,4 tetap di panggung)
Istri 4    : “ada apakah saudaraku kenapa kau seperti terlihat cemas?”
Istri 3    : “aku takut kalau apa yang dikatakan saudara kita istri kedua paduka benar”
Istri 4    : “maksud kamu, kalau kita akan diusir dari istana?”
Istri 3    : “iya”
Istri 4    : “sudahlah percayalah padaku itu tidak akan terjadi”

Babak 3
    Putri raja dari istri pertamanya bernama Dewi Kadita, ia sudah beranjak remaja, sang ibu istri pertama raja meninggal ketika melahirkan Dewi Kadita.

Dewi Kadita    : “ayahanda adakah ayahanda kecewa dengan keberadaan saya”
Raja    : “kenapa engkau bertanya demikian anakku?”
Dewi Kadita    : “ayahanda tentu saja menginkan keturunan laki-laki, bukan perempuan seperti saya”
Raja    : “jangan bicara seperti itu, apapun keturunan yang saya dapatkan saya akan menerimannya dengan suka cita”
Dewi Kadita    : “lalu bagaimana dengan pewaris tahta ayahanda kelak”
Raja    : “sudah, jangan kau pikirkan masih ada banyak waktu untuk memikirkan itu, istri kedua juga sedang hamil saya harus juga menjaganya, jangan khawatir anakku, ayah tidak akan membeda-bedakan siapa keturunanku, ayaha akan berlaku seadil-adilnya”
Dewi Kadita    : “terima kasih ayahanda, saya ingin meminta izin ayahanda”
Raja    : “izin apa itu anakku”
Dewi Kadita    : “saya ingin berjalan-jalan keluar istana ayahanda, saya ingin merasakan kehidupan rakyat diluar saja”
Raja    : “itu berbahaya anakku”
Dewi Kadita    : “ayahanda boleh memerintah pengawal untuk mengawasi saya, tapi saya ingin diawasi dari jauh saja, saya ingin bergumul dengan rakyat ayahanda”
Raja    : “baiklah jika itu keinginanmu, tapi kamu harus berjanji untuk menjaga diri, dan jangan membahayakan dirimu sendiri, jika ada yang mencurigakan disekitarmu kamu harus segera memanggil pengawal”
Dewi Kadita    : “baik ayahanda, segera laksanakan” (dengan berlagak gaya patih saat hormat)
Raja    : “kamu ini bisa saja”
Dewi Kadita    : “saya pergi dulu ya ayahanda”
Raja    : “iya”

(dilain sisi sudah 9 bulan usia kandungan istri 2 dan dia bingung dengan sendirinya)

Istri 2    : (berbicara kepada diri sendiri) “apa yang harus saya perbuat agar Dewi Kadita bisa diusir dari istana ini, dan nantinya keturunankulah yang akan menjadi satu-satunya pewaris kerajaan, apa ya yang harus aku lakukan??” (mondar-mandir)
Raja    : “istriku dimana kamu?” (raja memasuki panggung)
Istri 2    : “aduuhh,,, raja,, aduuuhh,,”
Raja    : “ada apakah istriku”
Istri 2    : “sepertinya saya mau melahirkan raja”
Raja    : “pengawaaaaal... “
Pengawal    : “ada paduka”
Raja    : “segera panggilkan tabib”
Pengawal    : “baik paduka”
(hari itu juga istri 2 melahirkan bayi laki-laki, betapa bahagianya raja)
Raja    : “terima kasih istriku kau telah memberiku keturunan laki-laki”
Istri 2    : “lalu bagaiman dengan Dewi Kadita paduka”
Raja    : “kenapa? Apakah ada yang salah dengan dia”
Istri 2    : “tidak ada paduka”
Raja    : “saya akan menjaga keturunanku dengan baik dan akan berlaku seadil-adilnya”
Istri 2    : “iya paduka”

(istri 2 tetap saja tidak tenang dengan keberadaan Dewi Kadita, ia berpikir akan lebih baik jika Dewi Kadita diusir dari istana agar kelak anaknyalah satu-satunya pewaris dari kerajaan)
    Malam itu istri 2 tengah menjalankan siasat buruknya untuk mengeluarkan Dewi Kadita dari istana, ia telah memerintahkan seorang dukun untuk mengubah kecantikan Dewi Kadita menjadi seorang yang sangat buruk rupa dengan penyakit kulit disekujur tubunya.

Raja    : “anakku ada apa dengan tubuhmu?
Dewi Kadita    : “tidak tahu paduka, ketika bangun tidur tubuhku menjadi seperti ini”
Istri 2    : “paduka janga menyentuhnya”
Raja    : “tapi dia anakku”
Istri 3    : “belum pernah ada kejadian seperti ini di dalam istana, semenjak istri pertama paduka meninggal”
Raja    : “apa yang harus saya lakukan”
Istri 4    : “kita perlu memanggil tabib paduka”
Istri 2    : “kalau kau memanggil tabib maka kewibaan paduka akan tercoreng”
Istri 3    : “kenap bisa seperti itu”
Istri 2    : “rakyat akan bertanya-tanya bagaimana bisa anak seorang raja menderita penyakit yang sangat menjijikkan, mereka akan meragukan kewibaan raja”
(raja bertambah bingung)
Raja    : “lalu apa yang harus saya lakukan”
Istri 2    : “demi kebaikan kita semua paduka, demi rakyat dan seluruh penghuni kerajaan ini, akan lebih baik jika Dewi Kadita diusir keluar istana”
Raja    : “jangan”
Istri 2    : “apakah paduka tidak memikirkan nasib rakyat, nasib semua penguhuni kerajaan, sebentar lagi penyakit itu akan cepat menular dan berita tentang penyakit itu juga akan tersebar, apakah paduka tidak memikirkan nasib rakyat paduka?”
Raja    : “apakah harus seperti itu istriku”
Istri 2    : “iya! dengan mengusir Dewi Kadita maka paduka akan aman”
Dewi Kadita    : “ayahanda bantu anakmu ini”
(raja semakin bingung)
Istri 3    : “mungkin untuk sementara apa yang disampaikan istri kedua benar paduka, paduka bisa mengasingkan Dewi Kadita untuk sementara sampai penyakitnya hilang”
Istri 2    : “penyakit seperti itu tidak akan bisa hilang”
Istri 4    : “kenapa kamu berbicara seperti itu”
Istri 2    : “tidak apa-apa itu hanya perkiraanku saja”
(maka diusirlah Dewi Kadita keluar istana)
    Setelah bayi pertama lahir dari istri 2 raja, istri 2 melahirkan lagi tapi kali ini melahirkan seorang perempuan.
    Sudah lama Dewi Kadita diusir dari istana, raja sudah mulai lupa dengan Dewi Kadita dan dia sibuk dengan mengajar anak laki-lakinya yang akan menjadi pewarisnya. Terdengar desas-desus bahwa Dewi Kadita putus asa dengan hidupnya karena sang raja sudah tak menghiraukannya dan penyakit yang dideritanya tak kunjung hilang, Dewi Kadita pergi kesebuah tebing ia menangis sejadi-jadinya disana tiba-tiba datang seorang dewa

Babak 4 Terjadi hanya siluet (dibelakang kain putih)

Dewa    : “hai anakku, aku mendengar rintihanmu, jika kau benar-benar menginginkan penyakit itu hilang darimu aku bisa melakukannya dengan mudah asal kau mau menjadi penguasa daerah di bawah tebing ini, LAUT SELATAN, apakah kau bersedia)
(Dewi Kadita yang sudah putus asa dengan hidupnya menerima saja)
Dewa    : “baiklah, terjunlah kau dari tebing ini ke laut itu kau akan mendapat segala yang aku inginkan disana”
Dewi Kadita    : “aaaa,,,,,” (terjun ke laut). (bayangan disiluet berlahan mengecul dan muncul bayangan lagi sesosok ratu dengan dayang-dayangnya)

Jadilah Dewi Kadita penguasa laut selatan dan berita ini terdengar keseluruh rakyat kerajaan dan sampai ditelinga istri 2 raja

Istri 2    : “apa yang harus saya lakukan, saya tidak akan membiarkankan Dewi Kadita menang dengan dia menjadi ratu dikerajaan lain, saya tidak akan terima, lalu apa yang harus saya lakukan”
Anak 2 istri 2    : “ibunda,, saya baru saja selesai belajar menenun dengan saudara-saudara ibu istri 3,4, sekarang saya ingin bermain dengan ibunda”

(melihat anak perempuannya istri 2 itu langsung mendapatkan ide untuk mengalahkan Dewi Kadita agar ia memang benar-benar terbuang dari kerajan manapun)

Istri 2    : “anak ku, aku ingin mengajakmu jalan-jalan”
Anak    : “kemana bu, tapi sekarang kan sudah agak gelap ibunda”
Istri 2    : “sudah tidak apa-apa, ayo ikut ibu”
Anak    : “iya ibunda” (dengan wajah berseri-seri)
(istri 2 dan anaknya berada dibelakang kain putih dan menjadi siluet)
Anak    : “ibunda kenapa kita berdiri ditebing ini bu, saya takut ibunda”
Istri 2    : “jangan takut anak ku, kau mau jadi seorang ratu”
Anak    : “ratu kerajaan ya bu, seperti ayahanda?”
Istri 2    : “iya anakku kerajaanmu terletak dibawah sana dilaut lepas yang sangat luas”
Anak    : “tapi aku tidak mau terjun bu, jurangnya dalam”
Istri 2    : “sudah terjunlah untukku, setelah itu aku yang akan menggantikanmu sebagai ratu karena tentu saja karena kau masih kecil, ayo terjun cepat”
(istri 2 mendorong anaknya kelaut)
Anak    : “ibuuuuuuu,,,,,,”
    Tidak terjadi apa-apa, sang ibu pulang untuk menunggu kabar bahwa penguasa laut selatan sudah berganti dan ia akan segera menyusul anak perempuannya.
Keesokan harinya ketika sang raja tengah bercengkrama dengan istri 2,3,4 ada seorang pengawal membawa jasat seseorang.

Raja    : “kenapa lancang sekali kamu masuk tanpa seizinku”
Pengawal    : “maaf raja, hamba hanya ingin mengembalikan apa yang tengah hilang dari paduka”

Pengawal itu meletakkan jasat anak perempuan istri 2 dihadapan raja



SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar